- Pengertian
Penyakit
degeneratif adalah penyakit yang bersifat tidak menular, kronis (menahun),
timbul karena semakin menurunnya (kemunduran) kondisi dan fungsi organ tubuh
seiring dengan proses penuaan. Manifestasi klinis dari degeneratif sel (yang
menyebabkan penyakit-penyakit degenratif) bisa mengenai semua organ tubuh. Pada
sistem musculoskeletal manifestasinya bisa berupa osteoporsosis. Pada sistem
neurosensori bisa berupa presbiop maupun katarak senilis. Manisfestasi
degeneratif sel pada system endokrin bisa berupa diabetes mellitus. Panyakit
jantung koroner, acute miocard infarc merupakan manisfestasi klinis
degeneratif sel pada system kardiovaskuler. Pada sitem saraf manifestasi klinis
degeneratif sel dapat berupa dmensia, Parkinson, delirium, stroke, TIA.
Degenetarif selluler bisa memudahlan terjadinya BPH (Benigna prostate
hyperthrophy) pada system uripoitika (Doll, 1995).
Banyak
teori tentang terjadinya degeneratif sel yang memicu terjadinya penyakit
degeneratif antara lain teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori
psikologis, teori kesalahan genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme
(Santoso, 2009).
1.
Teori biologis
Teori biologis tentang penuaan
dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti
perubahan yang timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori
ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
a. Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai
suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan
menghitung mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
b. Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam
jangka waktu yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut
menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang
salah, sehingga mengurangi fungsional sel.
c. Teori autoimun (Auto
Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat
akan memproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap suatu zat, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan senyawa/molekul yang
mengandung electron bebas lebih dari satu. Hal ini menyebabkan radikal bebas
tersebut bersifat sangat reaktif. Radikal bebas merupakan rective oxigenes
species (ROS). Semua molekul yamg mengandung oksigen dengan sifat
reaktivitas yang tinggi dikelompokan dalam ROS. Beberapa tipe ROS antara lain hydroxyl
radical, the superoxide anion radical, hydrogen peroxide, singlet oxygen,
nitric oxide radical,hypochlorite radical, dan lipid peroxides.
(Percival, 1998; Valco et al., 2007). Dalam kondisi normal radikal bebas
tersebut sebenarnya dapat menguntungkan antara lain: melawan inflamasi &
bakteri dan berperan dalam mengatur tonus otot polos pada organ tubuh. Paparan
radikal bebas yang berlebihan dapat terjadi dari: sinar ultraviolet, asap
rokok, polusi urdara, makanan, insektisida dan stress. Radikal bebas yang
berlebihan merupakan faktor yang menimbulkan terjadinya degenerasi seluler. Hal
ini akan mempermudah terjadinya penyakit-penyakit degenerasi antara lain:
diabetes mellitus, penyakit jantung otoner, katarak senilism kanker, stroke,
demensia dan lain-lain.
e. Teori pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (rusak).
f. Teori virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh
(Immunology Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai
akibat dari sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
g. Teori rantai silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat
adanya reaksi kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan
yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
2.
Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas
atau kegiatan (Activity Theory)
Menurut Havigusrst dan Albrecht
(1953) berpendapat bahwa sangat penting bagi lansia untuk tetap beraktifitas
dan mencapai kepuasan.
b. Teori
kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Perubahan yang terjadi pada lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki.
c. Teori
pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya.
3.
Teori psikologis
4.
Teori kesalahan genetik
Proses menjadi tua ditentukan oleh
kesalahan sel genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri. Tak jarang
jetika proses memperbanyak diri ii sering terjadi kesalahan-kesalahan sehingga
mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya
pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel
mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.
5.
Teori penuaan akibat metabolism
2. Penyebab
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi pada lansia di
antaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Santoso, 2009). Terdapat
beberapa teori yang menunjukkan proses awal terjadinya penyakit degeneratif di
dalam tubuh manusia, yaitu:
1.
Adanya hubungan antara transisi
demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Pada tahap awal kematian, penyakit
infeksi dan parasitik yang berkaitan dengan depriviasi kondisi lingkungan dan
sosial mengawali penurunan. Pada tahap ini terjadi seleksi terhadap umur dalam
bertahan hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana fertilitas mulai menurun.
Di sini struktur umur mulai berubah dengan meningkatnya umur lansia. Pada tahap
ini penyakit degeneratif mulai muncul dan penyakit kronis mulai mewarnai profil
kesehatan penduduk. Tahap ketiga adalah saat di mana kematian dan kelahiran
rendah, pada tahap ini penyakit degeneratif menjadi dominan dalam profil
kesehatan penduduk. Dari uraian tersebut, tampak bahwa gambaran pola penyakit
penyebab utama kematian di Indonesia telah menunjukkan adanya transisi
epidemiologi yang diikuti dengan transisi demografi, yakni bergesernya penyebab
kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif). Hal
ini tampak pada periode 1986–2001, di mana terjadi penurunan persentase
kematian dari kelompok umur muda (bayi dan 1–4 tahun) dan peningkatan
persentase kematian pada kelompok umur tua (≥ 55 tahun). Dalam kurun waktu 20
tahun (SKRT 1980–2001), proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara
signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan
pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat 2–3 kali lipat. Penyakit stroke
dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat dari tahun ke
tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka panjang, prevalensi
penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan semakin bertambah.
2.
Perubahan metabolisme tubuh yang
ditandai penurunan produksi hormon testosteron untuk laki-laki dan estrogen
untuk perempuan biasanya mulai tampak pada usia 65 tahun ke atas. Kedua hormon
ini tidak hanya berperan dalam pengaturan seks, tetapi juga dalam proses
metabolisme tubuh. Salah satu fungsi dua hormon itu mendistribusikan lemak ke
seluruh tubuh. Akibatnya, lemak menumpuk di perut, sehingga pada usia lanjut
lingkar pinggang selalu terlihat besar. Batasan lingkar pinggang normal untuk
perempuan < 80 cm dan laki-laki < 90 cm. Membesarnya lingkar pinggang
yang diikuti dengan kolesterol dan atau gula darah yang tinggi akan
mengakibatkan sindroma metabolik, yakni terganggunya metabolisme tubuh akibat
pola hidup yang tidak sehat. Dari sinilah mulai terjadi. awal timbulnya
penyakit degeneratif. Besarnya lingkar pinggang dapat disebabkan karena lemak
jenuh, kolesterol, maupun tingginya kadar gula darah. Lemak dalam tubuh seorang
lanjut usia sangat berbahaya. Selain obesitas, gumpalan lemak dapat
mempersempit pembuluh darah. Lemak tersebut akan menempel pada dinding pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan terganggunya metabolisme
tubuh (misal: penyumbatan pembuluh darah otak mengakibatkan stroke, penyumbatan
pembuluh darah jantung mengakibatkan penyakit jantung koroner, dan lain-lain).
Pola hidup saat muda sangat memengaruhi terjadinya penyakit degeneratif. Pola
hidup terdiri atas dua, yakni makan dan gerak. Pola makan kurang sehat terlihat
apabila mengonsumsi lemak, kalori, kolesterol, serta kadar gula makanan dalam
jumlah berlebih. Selain pola makan, pola gerak juga memengaruhi munculnya
penyakit degeneratif. Banyaknya kemudahan fasilitas membuat aktivitas fisik
jauh berkurang. Kondisi ini akan semakin buruk bila tidak diimbangi dengan olahraga
(Tjokroprawiro, A).
3.
Pergeseran pola penyakit dari penyakit
infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah akibat adanya pergeseran
pola makan dan pola hidup. Di sini terjadi pergeseran dari pola makan
tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak ke pola
makan modern yang tinggi lemak, tapi rendah serat dan karbohidrat. Kurangnya
mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat tubuh kekurangan serat dan
dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Bila kondisi ini tidak
segera diperbaiki dengan pola makan yang benar dan baik, maka dapat berakibat
timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif (jantung, diabetes,
bahkan kanker colon).
4.
Kelebihan gizi yang mengakibatkan
tingginya prevalensi penyakit degeneratif sudah dirasakan negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh
lingkungan. tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup yang justru
merangsang tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang merusak tubuh kita.
Penelitian di bidang gizi ortomolekuler pada tingkat sel membuktikan,
antioksidan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas.
Ternyata, gangguan atau ketidakmampuan sistem antioksidan tubuh inilah yang
menyebabkan berbagai macam penyakit degeneratif. Radikal bebas merupakan atom
atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil (mempunyai 1 elektron atau lebih
tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat
reaktif dan merusak jaringan. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai
proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi
atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel,
olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi
lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan
radiasi matahari atau radiasi kosmis. Karena secara kimia molekulnya tidak
lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang
kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang
dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah penyebab
berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak,
penyakit hati dan dicurigai pula pada proses penuaan dini. Sebenarnya reaksi
pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal
bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi
substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat
bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka ini merupakan awal
dari kerusakan sel. Salah satu di antaranya adalah kerusakan lipid peroksida.
Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh
kita, reaksi antar zat gizi dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi
yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu
penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemunduran fungsi tubuh).
3. Beberapa Penyakit Degeneratif
1.
Penyakit jantung
Penyakit jantung ada
hubungannya dengan ketidakcukupan makanan sehari-hari yang mengandung vitamin
E, C, Betakaroten, asam folat, chromium, magnesium, koenzim Q-10.
Paling sering adalah penyakit jantung koroner
(PJK). Koroner adalah arteri-arteri yang melingkari jantung seperti
mahkota (crown/coroner) yang berfungsi menyuplai nutrisi dan
oksigen bagi otot jantung. PJK timbul jika 1 atau lebih arteri koroner
mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan komponen lain
(pembentukan plak) pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul
nyeri atau rasa tidak nyaman di dada (angina), terutama selama olahraga dimana
otot jantung banyak membutuhkan oksigen. Proses aterosklerosis dapat mulai
terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga pencegahan PJK harus diperhatikan
sejak dini. Tanda-tanda awal PJK antara lain adalah hipertensi dan
kolesterol tinggi.
2.
Artritis
3.
Penyumbatan pembuluh darah
Penyumbatan
pembuluh darah dapat dikaitkan dengan homosistein sebagai penyebab penggumpalan
darah, karena kekurangan vitamin E, C, B, koenzim Q-10, chromium, asam
folat
dan kalsium, yang dapat sebagai penyakit penyakit jantung dan stroke.
4.
Katarak
Yang
banyak berperan dalam terjadinya katarak ialah kekurangan vitamin E dan C dalam
makanan sehari-hari.
5.
Penurunan kekebalan
Dari berbagai
penelitian ternyata kekurangan vitamin C, betakaroten, chromium dan seng (Zn)
berkaitan dengan terjadinya menurunnya kekebalan.
6.
Kanker
Berbagai radikal bebas
yang masuk dalam tubuh sebagai penyebab kanker, berhubungan erat dengan
kecukupan masukan vitamin E, betakaroten, vitamin C, asam folat, kalsium dan selenium
untuk terjadinya atau perkembangan kanker dalam tubuh.
7.
Diabetes
Terjadinya diabetes ada hubungannya dengan
diet yang tidak seimbang dari nutrien khromium, magnesium dan vitamin E. Diet
tak seimbang dari khromium telah terjadi sejak rata-rata orang berumur 28 tahun
(hanya kecukupan 50%), yang akan menyebabkan menderita diabetes pada umur
pertengahan.
8.
Kepikunan
Gejala-gejala
psikiatris termasuk kehilangan ingatan, depresi dan dimensia yang banyak
terjadi pada lanjut usia, ada hubungannya dengan diet tak seimbang dari vitamin
E, B 12, asam folat dan koenzim Q-10. Sesuai dengan teori radikal bebas
terjadinya penyakit degeneratif karena kerusakan sel-sel setiap hari yang tak
dapat diperbaiki oleh antioksidan (nutrien) sebesar 0,01% akan menumpuk dan
menjadi penyebab dari akhir kehidupan, berupa penyakit degenerafif. Proses
penuaan ini dapat dihambat dengan diet seimbang. Penyakit-penyakit degeneratif
ini di Indonesia telah menjadi penyebab utama kematian sejak tahun 1992,
penyakit sistem sirkulasi menjadi penyebab kematian No. 1. Pada tahun 1986
penyebab kematian No. l ialah diare(7) kejadian ini mungkin karena terjadinya
ketidakseimbangan diet vitamin dan mineral, seperti yang terjadi di luar
negeri.
9.
Obesitas
Adalah kelebihan berat badan dari berat badan
ideal/normal dengan standar BMI/IMT (Index Massa Tubuh) > 30 kg/m2.
Pencegahan Obesitas:
a. Gizi : Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.
b. Hindari konsumsi alkohol berlebihan.
c. Hindari stress/depresi/frustrasi/kebosanan
d. Berolahraga secara teratur : lakukan latihan aerobik
minimal 30 menit perhari, selama 3 kali seminggu ; tingkatkan aktivitas fisik
misalnya jalan kaki ke kantor, naik tangga di dalam kantor.S
e. Stop merokok.
10.
Kolesterol
Dalam tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat
yang biasa disebut LDL (Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat
menempel pada pembuluh darah. Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL
(High Density Lipoprotein) merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL
dalam tubuh. Kolesterol normal dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan
kandungan LDL harus dicegah agar tetap dalam keadaan normal.
11.
Osteoporosis
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka,
agar kepadatan tulang terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi kalsium yang
banyak terdapat dalam susu. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan
untuk menyerap kalsium semakin berkurang. Maka, sebaiknya Anda membiasakan diri
atau anak Anda untuk minum susu setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab
osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium pada usia muda.
Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung
pada berat badan dan aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan menyusui,
kalsium yang dibutuhkan lebih banyak. Tabel berikut akan menjelaskan jumlah
kalsium yang dibutuhkan berdasarkan usia.
Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium.
Kalsium tidak hanya terdapat pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup
tulang, sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan adalah salah satu
sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat dihasilkan tubuh kita, maka
penting untuk minum susu dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium.
12.
Stroke
Terjadi saat aliran darah ke otak terganggu atau
berkurang secara hebat, sehingga otak tidak mendapat oksigen dan makanan.
Stroke terbagi terbagi menjadi dua:
a. Stroke
Iskemik: disebabkan
kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pada pembuluh darah otak.
Merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai (80%).
b. Stroke
Hemoragik : pecahnya pembuluh
darah dalam otak, darah yang berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan
penekanan dan kerusakan sel otak.
Tanda
dan Gejala (berlangsung mendadak), berikut adalah tanda
dan gejalanya:
a. Baal,
lemah atau lumpuh di wajah, kaki atau tangan, biasanya
pada satu sisi badan .
b. Sulit berbicara atau memahami pembicaraan (afasia).
c. Penglihatan buram, terganggu atau pandangan ganda
d. Kehilangan keseimbangan atau koordinasi badan
e. Sakit kepala hebat, dapat disertai leher kaku, nyeri
wajah, nyeri di daerah antara kedua mata, muntah atau gangguan kesadaran
f. Gangguan daya ingat, orientasi atau persepsi
Pencegahan
stroke:
a. Hindari atau kendalikan faktor risiko di atas.
b. Diet sehat untuk otak
c. Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung
kalium, folat dan antioksidan
d. Makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang
e. Makanan kaya kalsium
f. Kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai
g. Makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya salmon, makerel
dan tuna
13.
Hipertensi
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat
dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka
artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas
pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau
berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka
kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
14.
Diabetes Mellitus (DM)
Diantara penyakit degeneratif, diabetes
mellitus (DM)
adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya di masa datang. WHO menaksir bahwa lebih dari 180 juta orang di
seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus. Diperkirakan 1,1 juta
orang-orang meninggal akibat diabetes pada tahun 2005.
Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara
yang mengalami peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan pendapatan
perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus. Hampir separuh kematian
diabetes terjadi pada penduduk yang berusia di bawah 70 tahun, 55% diantaranya
adalah wanita.
Di Indonesia peningkatan jumlah penderita diabetes melitus
bahkan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. WHO
menyimpulkan bahwa di Indonesia, penderita diabetes melitus menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,
sedangkan urutan diatasnya India, China dan Amerika Serikat. Beberapa
penelitian di Bali, 2005 menunjukkan bahwa insiden DM di masyarakat mencapai
lebih dari 13,5% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seiring
dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Temuan tersebut semakin
membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat serius (Depkes.go.id, 2005).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent
diabetes mellitus) yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas.
Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus
tipe-2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar
glukosa yang normal dalam darah. Diabetes melitus tipe-2 ini lebih banyak
ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh
dunia (Depkes.go.id, 2005).
Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan,
dengan rajin mengontrol kadar gula darah. Kontrol yang ketat ini bisa mencegah
terjadinya komplikasi pada pasien diabetes. Penyakit diabetes melitus dapat
dihindari apabila setiap individu melakukan tindakan pencegahan, antara lain
mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit diabetes yaitu
faktor risiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya obesitas, merokok, stres,
hipertensi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia di atas
45 tahun keatas, faktor keturunan, ras, riwayat menderita diabetes gestasional,
pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg dan jenis kelamin.
4. Pencegahan
Hal
paling penting dalam menurunkan resiko terkenya penyakit degenratif adalah
dengan pola/gaya hidup yang sehat. Gaya hidup ini termasuk pola diet yang
seimbang dan sikap hidup yang tidak mudah stress. Diet yang banyak mengandung
antioksidan akan mengurangi resiko terkena penyakit degenerative (Khalaf et
al., 2008). Makanan yang banyak mengandung vitamin A, E, C dan beta
karoten. Vitamin A dapat bereaksi dengan radikal bebas melalui struktur ikatan
rangkapnya. Vitamin E akan berikat dengan lipoprotein sehingga oksidasi
lipoprotein akan terhambat. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya
atherosklerosis.Vitamin C merupakan vitamin yang tidak dapat disintesis tubuh.
Sehingga intake vitamin C dari luar sangat penting. Sifat vitamin C ini adalah
akan berikatan dnegan lipoprotein yang akan mengghambat oksidasi lipoprotein
oleh radikal bebas. Hal ini akan mengurangi resiko terkena penyakit
degeneratif.
1.
Antioksidan
Bila
radikal bebas adalah elemen perusak sel-sel tubuhm aka secara kimiawi antioksidan
dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak tadi.
Antioksidan-antioksidan melakukan ini dengan menghentikan pembentukannya,
memadamkannya, dan memperbaiki kerusakan. Misalnya, lebih dari 1triliun molekul
oksigen masuk ke setiap sel setiap harinya,csambil menimbulkan kurang lebih
seratus ribu cidera atau hantaman radikal bebas terhadap gen atau DNA sel
(Bruce Ames, University of California di Berkeley)(1). Untungnya enzim-enzim
antioksidan tubuh, segera memperbaiki gen-gen itu, sambil menghapuskan 99-99,9%
kerusakan tersebut. Keburukannya ialah bahwa hal tersebut masih menyisakan
seribu luka baru setiap hari yang belum diperbaiki, dan kerusakan ini terus
menerus menumpuk. Kumpulan kerusakan sel akibat perbaikan yang tidak sempurna
inilah yang menjadi penyebab proses menua, jatuh sakit dan meninggal. Pemberian
antioksidan yang tepat dan cukup, dapat menyempurnakan perbaikan sel-sel
tersebut sehingga proses penuaan dihambat. Jenis antioksidan yang diperlukan
itu dapat berupa vitamin, mineral dan lain sebagainya.
2.
Vitamin B
Dr. Robert Russell dari
Tufts University(1), Dr. John Linderboun dari Columbia Presbyterian Medical
Center, menyatakan kekurangan vitamin B12 menyebabkan perkembangan amat lambat,
sering mempengaruhi seluruh otak serta system saraf dan bukan bagian lain. Asam
folat yang terdapat pada sayuran hijau dan tanaman polong-polongan disebut juga
dolasin, sangat berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi
mental dan menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat menyelamatkan
kerusakan arteri yang memicu serangan jantung dan stroke. Vitamin B
tersebut di atas terutama asam folat, merangsang enzim-enzim untuk metabolisme
homosistein yang mencegah penyumbatan arteri. Menurut penelitian Tuft
University (1995) pada 1041 pria dan wanita berumur 67-96 tahun, orang yang
mempunyai kadar homosistein tinggi memiliki risiko penyempitan arteri karotis,
2x lebih tinggi dari yang rendah. Di antara ketiga vitamin B, asam folat
memiliki pengaruh paling tinggi, diikuti B6 dan B 12.
3.
Vitamin E
Perean vitamin E dalam
proses penuaan adalah melawan aterosklerosis.
terosklerosis terjadi, sebagian besar karena kolesterol LDL. Jika
oksidasi LDL tak terjadi, kolesterol LDL melekat di dinding arteri, sebagai
langkah awal terbentuknya plak dan penyumbatan arteri. Suatu penelitian oleh
Ishwaral Jialal dari University of Texas South - Western medical center di
Dallas, menemukan bahwa 800 IU vitamin E setiap hari selama tiga bulan, telah
memangkas oksidasi kolesterol LDL, dengan demikian mencegah timbulnya kerusakan
arteri dan timbulnya penyakit jantung sebesar 40%. Setidaknya diperlukan 400 IU
vitamin E per hari.
4.
Vitamin C
a.
Melawan Kanker
Vitamin C merupakan
salah satu bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker-kanker lambung,
esofagus, pankreas, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rectum dan
payudara. Makan buah-buahan dan sayur-sayuran lima porsi sehari yang mengandung
200-300 mg vitamin C, cukup untuk menghambat kanker. Tetapi untuk melawan
kanker Dr. Block menelan 2000-3000 mg vitamin C setiap hari
b.
Menyelamatkan arteri
Mengkonsumsi vitamin C
dalam jumlah sedang, dapat mendorong naiknya kolesterol HDL yang penghambat
penyumbatan arteri, mengurangi LDL, menurunkan tekanan darah, memperkuat
dinding-dinding pembuluh darah, membuat darah lebih encer. Orang yang
mendapatkan vitamin C kurang dari yang terdapat pada sebuah jeruk setiap hari,
rata-rata tekanan darah sistoliknya 11 mm/Hg lebih tinggi; selain itu vitamin C
menyebabkan arteri-arteri tetap muda, bersih dan lentur
c.
Meningkatkan kekebalan
Vitamin C setiap hari
akan meningkatkan produksi limfosit dan vitamin C 10000 mg sehari akan
meningkatkan limfosit itu lebih lanjut. Vitamin C bekerja seperti antibiotika
yang memerangi virus-virus. Lebih lanjut vitamin C meningkatkan kekebalan
dengan meningkatkan kadar antioksidan glutation di dalam tubuh, zat yang
penting agar sistem kekebalan bekerja sebagaimana mestinya. Lima ratus mg
vitamin C setiap hari akan menaikkan glutation dalam sel-sel darah merah
sebesar 50%, namun menelan vitamin C hanya sepertiga dari RDA selama 9 minggu
akan menyebabkan kadar glutation merosot 50%.
d.
Memperlambat proses penuaan
Vitamin C meremajakan
sel darah putih secara kimiawi pada manusia usia lanjut; 120 mg vitamin C
setiap hari, mampu menaikkan kadar sel-sel darah putih pada manusia rata-rata
umur 76 tahun setara dengan kadar rata-rata 35 tahun, dalam waktu 2 minggu.
e.
Memperbaiki sperma dan mengembalikan
kesuburan
Dalam suatu pengujian
di University of California di Berkeley, ditemukan kerusakan akibat radikal
bebas terhadap bahan genetik DNA berlangsung 2x lipat pada sel-sel sperma kaum
pria yang dibatasi jatah vitamin C nya hanya 5 mg sehari (setara satu sendok
teh air jeruk). Ketika kaum pria itu kembali ke diet harian dengan 60 mg atau
250 mg vitamin C, kerusakan spermanya menurun dalam waktu 1 bulan.
f.
Mencegah penyakit astma dan bronchitis
kronis
Orang yang makan
makanan dengan kandungan vitamin C 300 mg sehari, kemungkinan menderita asma
atau bronchitis kronis hanya 70% dibandingkan dengan mereka yang memakan kurang
lebih 100 mg (Dr. Joel Schartz, US. Environmental Protection Agency).
Selanjutnya vitamin C menolong mencegah leukosit, sel-sel darah merah, agar
tidak menumpuk ke dinding-dinding pembuluh darah.
g.
Melawan penyakit gusi
Penyakit periodontal -
gusi berdarah, sariawan, lebih umum pada orang-orang yang kadar vitamin C dalam
darahnya rendah (Penelitian di Finlandia).
h.
Mencegah katarak
Menurut penelitian di
Kanada, korban katarak hanya 30% bagi mereka yang telah menelan tambahan
vitamin C, dibandingkan dengan mereka yang tidak menelan tambahan vitamin C
5.
Beta Karoten
a.
Merangsang kekebalan
Dalam Dalam suatu
penelitian terhadap 60 pria dan wanita usia lanjut (rata-rata umur 56 tahun),
mereka yang menelan beta karoten 30-60 mg/hari selama 2 bulan memiliki sel-sel
pembunuh alami lebih banyak, sel-sel T penolong lebih banyak serta limfosit
yang lebih aktif. Sel-sel kekebalan semacam itu menolong, melindungi tubuh
terhadap kanker serta infeksi virus dan bakteri (Ronal R Watson, University of
Arizona). Dr. Simin Meydani dari Tufts University, menemukan bahwa sel-sel
pembunuh alami itu, penting terutama untuk melawan kanker. Kajian di Johns
Hopkins University menemukan orang-orang yang kadar beta karotennya rendah
resikonya 4x lebih besar untuk menderita salah satu jenis kanker yang mematikan
akibat merokok.
b.
Mencegah serangan jantung
Studi Harvand
University pada 90000 perawat wanita yang menelan beta karoten lebih dari 11000
IU setiap hari, menurunkan risiko penyakit jantung 22%, dibandingkan mereka
yang menelan 3800 IU setiap harinya. Pemakan beta karoten yang besar tersebut
kejadian stroknya menurun 37%. Dari penelitian skala besar di Eropa menunjukkan
bahwa menelan beta karoten dalam jumlah amat kecil berisiko serangan jantung
sebesar 260% jika dibandingkan yang makan beta karoten paling banyak.
6.
Khromium (Cr)
Peran khromium dalam
menghambat proses penuaan ialah pengaruhnya terhadap hormon insulin di dalam
darah. Kekurangan Khromium melemahnya daya kerja insulin sehingga berisiko
meningkatkan kadar gula darah. Setiap orang membutuhkan sekurang-kurangnya 200
mikrogram per hari.
7.
Selenium (Se)
Merupakan zat
kemopreventif yang ampuh (Donald C Lisk, Cornell University) : selenium
menghambat berbagai jenis tumor hingga 100%. Penelitian Will Taylor dari
University of Georgia terhadap penderita AIDS, menyatakan selenium dapat
menolong melawan virus dan memperpanjang masa hidup penderita AIDS. Lebih
lanjut selenium merupakan antioksidan yang penting bagi pembentukan :
peroksidase glutation, salah satu enzim sangat penting dalam tubuh yang menetralisir
radikal-radikal bebas, terutama yang menyerang molekul-molekul lemak(1,3).
Penelitian di RRC menunjukkan, penyakit jantung (kardiomiopati) endemis dapat
diturunkan angka kesakitannya secara dramatis dengan Na2SeO3 (Luo K, 1976)(3).
Kadar selenium darah dibawah 45mg/l, meningkatkan risiko relatif terkena kanker
3,1 kali, setelah variasi konsumsi tembakau, serum kolesterol dan 4 faktor lain
diperhitungkan (Salonen et al, 1984)
8.
Kalsium (Ca)
Penelitian Harvard
tahun 1993 pada 3270 wanita sehat (di atas 80 tahun, menyatakan pemberian
kalsium 1200 miligram setiap hari ditambah 800 IU vitamin D-3 (Kolekalsiferol)
selama 18 bulan, dapat menurunkan kejadian patah tulang panggul sebesar 43%,
patah tulang pergelangan lengan dan pelvis 32%, lebih rendah dari pada wanita
yang tak mendapatkan tambahan mineral tersebut. Hal ini berarti kalsium dapat
memperpanjang umur, sebab 20% dari wanita tanpa tambahan meninggal karena patah
tulang(Tablet-tablet kalsium dapat menurunkan tekanan darah tinggi rata-rata
5-7 mm/Hg (sistolik) dan 3-4 mm/Hg (diastolik) terutama untuk usia lanjut.
(David A. Mc. Carson, Md, Gregon Health Sciences University). Penelitian Margo
A Denke, University of Texas South Western Medical Center, menyatakan
peningkatan masukan kalsium dari 410 mg/hari menjadi 2200 mg/hari, dapat
menurunkan kolesterol LDL sebesar 11%.
9.
Zinc (Zn)
Peranan Zinc dalam
proses penuaan berkaitan dengan enzim-enzim yang tergantung Zn. Zn berperan
dalam sintesis protein baru, menjaga batas nitrogen tubuh, regulasi ekspresi
genetik(3). Enzim-enzim yang dipengaruhi oleh kecukupan Zn, antara lain DNA,
RNA polimerase yang tersangkut dalam sintesa asam nukleat dan protein, alkohol
dehydrogenase dalam metabolisme alkohol dan pigmen penglihatan, carbonic
anhydrase dalam keseimbangan asam-basa dan pernapasan, delta aminolevulinic
acid dehydratase dalam sintesis porfirin, superoksida dismutase dalam
menetralisasi superoksida yang dapat merusak jaringan, alkali fosfatase yang
membebaskan gugus fosfat (Prasad AS/ 1967, Halsted JA, et. al/1974). Peran Zn
tidak hanya enzimatis, tetapi juga secara nonenzimatis (Chow CK, 1979)(3),
misal produksi lipid dalam fraksi mikrosom hepar dapat dihambat dengan
memberikan dosis tinggi Zn (Chvapil M. Aronson AL, et.al./1974)(3). Peran lain
Zn dalam produksi dan sekresi hormon-hormon trofik hipofise (Prasad AS, 1967).
Dr. Nicola dari Italian National Centre on Aging di Ancona, menyatakan bahwa
Zinc menyebabkan kelenjar timus aktif lagi. Dengan demikian memperoleh kembali
sistem kekebalan yang dimiliki pada waktu umur 40 tahun
10.
Magnesium (Mg)
Peran penting Mg adalah
pada reaksi-reaksi yang menyangkut transfer gugus fosfat (WHO/1973, Wecker WEC/
1958, Mudge GF/1980)(3), yang menyangkut ATP maupun nukleotida lainnya (Wecker
WEC, Mudge)(3), mengatur pelepasan asetilkolin dan potensial end-plate (berantagonis
dengan kalsium), mengurangi pemasukan kalsium oleh otot skelet dan mungkin juga
otot polos arteri (Altura BT, Altura M, 1983)(3), stabilisasi struktur
makromolekul seperti DNA, RNA (Barlow R/1982, WHO/1973) replikasi DNA dan
pembentukan molekul-molekul komplek untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan,
hormon dan protein (Mervyn L 1980)(3), dan masih banyak peran Mg yang lain yang
berkaitan dengan ribosom, partikel mitra sel, Ca, antitrombosis, enzim.
11.
Vitamin Q (Koenzim Q)
Vitamin Q atau Koenzim
Q-10 atau Ubiquinol-10, terkenal sebagai salah satu antioksidan baru untuk
menunda proses penuaan dan mencegah atau mengobati penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan usia lanjut yaitu penyakit jantung. Vitamin Q adalah enzim, merupakan
bahan alami yang dihasilkan oleh tubuh, zat ini ditemukan pula pada makanan
tertentu, terutama makanan laut dan sekarang sudah dibuat secara sintetis
menjadi suatu zat makanan tambahan untuk kesehatan. Menurut Balz Frei dari
Boston University, koenzim Q-10 mencegah oksidasi kolesterol LDL secara lebih
efisien dari pada vitamin E atau betakaroten, tetapi koenzim Q-10 itu habis dengan
cepat selama proses oksidasi.
Sumber:
Doll,R. 1995, Chronic and degenerative disease: major causes of morbidity and death,1995, , Am J Cli. Nutr ;62(suppl):1301S-5S.
Khalaf, N.A.,. Shakiya, A., , AL-Othman, EL-Agbar, Z., , Farah, H., 2008, Antioxidant Activity of Some Common Plants, Turk J Biol 32 (2008) 51-55
Reamcle, C & Reusens, B ., 2004, Functional food, aging, and degenerative disease, www. Woodhead-publishing. Com
Valko, M., Leibfritz,D., Moncol,J., Cronin,Mtd, Mazur,M., &Telser, J., 2007, Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human disease, The International Journal of Biochemistry & Cell Biology 39 , 44–84
Sutrisna. Penyakit Degeneratif. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.