Sabtu, 28 Januari 2017

Checklist Journal JBI


  • Checklist for Cohort Studies
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Cohort_Studies.pdf

  • Checklist for Cross Sectional Studies
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Analytical_Cross_Sectional_Studies.pdf

  • Checklist for Case Control Studies
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Case_Control_Studies.pdf

  • Checklist for Randomized Controlled Trials (Uji Klinis)
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Randomized_Controlled_Trials.pdf

  • Checklist for Quasi Experiment
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Quasi_-_Experimental_Studies.pdf

  • Checklist for Qualitative Research
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Qualitative_Research.pdf


  • Checklist for Prevalence Studies
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_Appraisal-Checklist_for_Prevalence_Studies.pdf


Cara Download:

  • Copy alamat link nya
  • Paste di kolom browser
  • Enter

Senin, 19 Desember 2016

Telaah Jurnal (Berdasarkan JBI)

Telaah Jurnal Berdasarkan Joana Bridges Institution (JBI)

pada Uji Klinis (Cohort Study)

Evaluation of eating habits and lifestyle in patients with obesity before and after bariatric surgery: a single Italian center experience

1.        Apakah kelompok memiliki kesamaan dan diambil dari populasi yang sama?

Sampel berasal dari pasien yang menjalani operasi Gastric Bypass Roux-en-Y (operasi pemotongan usus dengan tujuan untuk menurunkan berat badan)(n=50) dan pasien yang menjalani operasi Sleeve Gastrectomy (operasi yang dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan berat badan tanpa mengganggu usus) (n=50). Kedua kelompok diambil dari psien yang menjalani operasi di Departement of General Surgery, Instuto Clinico S. Ambrogio, Milano Italy pada tahun 2013-2014
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 




2.        Apakah pengukuran paparan sama dalam menetapkan kedua kelompok, antara yang kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar?

T0 : Sebelum melakukan operasi dan sebelum mendapatkan konseling serta edukasi nutrisi kedua kelompok mengisi kuesioner
T1: 6 bulan setelah operasi dan mendapatkan konseling serta edukasi nutrisi dari tenaga professional, kedua kelompok kembali mengisi kuesioner

Isi kuesioner: Food Frequency (FF), Food Habits (FH), Physical Activity and Life Style (PA), Smoking Habits (SH)

Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 




3.        Apakah pengukuran paparan valid dan reliabel?

·         Peneliti mengambil sembilan kuesioner dari penelitian sebelumnya, kemudian tiga diantaranya kembali dievaluasi untuk akhirnya diambil satu kuesioner yang telah dikembangkan dan di validasi pada populasi pemuda di italia kemudian di adaptasi oleh dietarian pada dua kelompok dewasa sebelum digunakan  à Valid
·         Kedua  kelompok mendapatkan pelatihan bagaimana cara mengisi kuesioner (setiap subjek menerima instruksi dari dua dietarian selama 15 menit) à Reliabel
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 



4.        Apakah terdapat factor confounding?

Dijelaskan bahwa subjek tidak merubah aktifitas fisik dan kebiasaan merokok
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 




5.        Adakah cara untuk menangani factor confounding?

Pada kesimpulan penulis menyarankan untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka subjek penelitian harus bekerjasama dengan tim multidisiplin termasuk didalamnya dokter, dietarian, perawatan mental professional dan pelatih fisik sebelum dan setelah operasi

Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 


6.        Apakah kelompok / peserta terbebas dari hasil dari awal peneltian (atau pada saat diberi paparan)?

Dalam metode penelitian dijelaskan bahwa peneliti menggunakan quesioner Food Frequency (FF), Food Habits (FH) dan Physical Activity and Life Style (PA, untuk mengetahui kebiasaan pasien sebelum dan 6 bulan setelah operasi. Artinya, pasien tidak mendapatkan perlakukan sebelum dilakukan penelitian.
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 



7.        Apakah perhitungan hasil valid dan reliabel?

·         Perhitungan hasil menggunakan T-test untuk memperivikasi karakteristik pasien dan menggunakan ANOVA untuk membandingkan nilai questioner sebelum dan setelah operasi (mencakup didalamnya umur da jenis kelamin)
N.A
 
Yeses
 
No
 
Unclear
 
 





8.        Apakah disebutkan waktu untuk follow up dan cukup untuk mendapatkan hasil?

Didalam jurnal hanya menjelaskan jika penelitian dilakukan 6 bulan setelah operasi, namun tidak disebutkan seberapa lama mereka melakukan penelitian sebelum operasi. Peneliti juga menjelaskan jika waktu yang mereka gunakan tidak cukup untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 




9.        Apakah follow up dilakukan hingga akhir, jika tidak, jelaskan kenapa follow up terputus?

Didalam jurnal dijelaskan jika penilaian sebelum operasi dan kunjungan setelahnya merupakan protokol standar dari rumah sakit. Setelah menjalani operasi, dietarian dan pelatih kesehatan akan memberikan konseling dan edukasi nutrisi dalam setiap kunjungannya, mempromosikan aktifitas fisik yang harus dirubah dan manfaat jangka panjang yang didapatkan
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 




10.    Adakah pendekatan lain untuk mengatasi follow up  yang terputus?

Tidak dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan jika peneliti kehilangan subjek

Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 


11.    Apakah statistic yang digunakan telah tepat?

·         Perhitungan hasil menggunakan T-test untuk memperivikasi karakteristik pasien (membandingkan kebiasaan merokok dengan parameter anthropometric)  dan menggunakan ANOVA untuk membandingkan nilai questioner sebelum dan setelah operasi (mencakup didalamnya umur da jenis kelamin)
Yeses
 
No
 
Unclear
 
N.A
 
 





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5007240/

Rabu, 14 Desember 2016

Penyakit Degeneratif


  1. Pengertian

Penyakit degeneratif adalah penyakit yang bersifat tidak menular, kronis (menahun), timbul karena semakin menurunnya (kemunduran) kondisi dan fungsi organ tubuh seiring dengan proses penuaan. Manifestasi klinis dari degeneratif sel (yang menyebabkan penyakit-penyakit degenratif) bisa mengenai semua organ tubuh. Pada sistem musculoskeletal manifestasinya bisa berupa osteoporsosis. Pada sistem neurosensori bisa berupa presbiop maupun katarak senilis. Manisfestasi degeneratif sel pada system endokrin bisa berupa diabetes mellitus. Panyakit jantung koroner, acute miocard infarc merupakan manisfestasi klinis degeneratif sel pada system kardiovaskuler. Pada sitem saraf manifestasi klinis degeneratif sel dapat berupa dmensia, Parkinson, delirium, stroke, TIA. Degenetarif selluler bisa memudahlan terjadinya BPH (Benigna prostate hyperthrophy) pada system uripoitika (Doll, 1995).
Banyak teori tentang terjadinya degeneratif sel yang memicu terjadinya penyakit degeneratif antara lain teori biologis, teori kejiwaan sosial, teori psikologis, teori kesalahan genetik, dan teori penuaan akibat metabolisme (Santoso, 2009).
1.      Teori biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedang teori ekstrinsik menjelaskan bahwa penuaan yang terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
a.       Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Tiap spesies di dalam inti selnya mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu dan akan menghitung mitosis. Jika jam ini berhenti, maka spesies akan meninggal dunia.
b.      Teori Mutasi Somatik (Error Catastrophe Theory)
Penuaan disebabkan oleh kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama melalui transkripsi dan translasi. Kesalahan tersebut menyebabkan terbentuknya enzim yang salah dan berakibat pada metabolisme yang salah, sehingga mengurangi fungsional sel.
c.       Teori autoimun (Auto Immune Theory)
Menurut teori ini proses metabolisme tubuh suatu saat akan memproduksi zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap suatu zat, sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
d.      Teori radikal bebas
Radikal bebas merupakan senyawa/molekul yang mengandung electron bebas lebih dari satu. Hal ini menyebabkan radikal bebas tersebut bersifat sangat reaktif. Radikal bebas merupakan rective oxigenes species (ROS). Semua molekul yamg mengandung oksigen dengan sifat reaktivitas yang tinggi dikelompokan dalam ROS. Beberapa tipe ROS antara lain hydroxyl radical, the superoxide anion radical, hydrogen peroxide, singlet oxygen, nitric oxide radical,hypochlorite radical, dan lipid peroxides. (Percival, 1998; Valco et al., 2007). Dalam kondisi normal radikal bebas tersebut sebenarnya dapat menguntungkan antara lain: melawan inflamasi & bakteri dan berperan dalam mengatur tonus otot polos pada organ tubuh. Paparan radikal bebas yang berlebihan dapat terjadi dari: sinar ultraviolet, asap rokok, polusi urdara, makanan, insektisida dan stress. Radikal bebas yang berlebihan merupakan faktor yang menimbulkan terjadinya degenerasi seluler. Hal ini akan mempermudah terjadinya penyakit-penyakit degenerasi antara lain: diabetes mellitus, penyakit jantung otoner, katarak senilism kanker, stroke, demensia dan lain-lain.
e.       Teori pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
f.       Teori virus
Perlahan-Lahan Menyerang Sistem Sistem Kekebalan Tubuh (Immunology Slow Virus Theory). Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat dari sistem imun yang kurang efektif seiring dengan bertambahnya usia.
g.       Teori rantai silang
Menurut teori ini penuaan terjadi sebagai akibat adanya reaksi kimia sel-sel yang tua atau yang telah usang menghasilkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
2.      Teori kejiwaan sosial
a.       Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Menurut Havigusrst dan Albrecht (1953) berpendapat bahwa sangat penting bagi lansia untuk tetap beraktifitas dan mencapai kepuasan.
b.      Teori kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki.
c.       Teori pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
3.      Teori psikologis
4.      Teori kesalahan genetik
Proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA di mana sel genetik memperbanyak diri. Tak jarang jetika proses memperbanyak diri ii sering terjadi kesalahan-kesalahan sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula pada terhambatnya pembentukan sel berikutnya, sehingga mengakibatkan kematian sel. Pada saat sel mengalami kematian orang akan tampak menjadi tua.
5.      Teori penuaan akibat metabolism

2. Penyebab
Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan dan penyakit yang sering terjadi pada lansia di antaranya hereditas, atau keturunan genetik, nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress (Santoso, 2009). Terdapat beberapa teori yang menunjukkan proses awal terjadinya penyakit degeneratif di dalam tubuh manusia, yaitu:
1.       Adanya hubungan antara transisi demografi, epidemiologi, dan kesehatan. Pada tahap awal kematian, penyakit infeksi dan parasitik yang berkaitan dengan depriviasi kondisi lingkungan dan sosial mengawali penurunan. Pada tahap ini terjadi seleksi terhadap umur dalam bertahan hidup. Tahap selanjutnya adalah saat di mana fertilitas mulai menurun. Di sini struktur umur mulai berubah dengan meningkatnya umur lansia. Pada tahap ini penyakit degeneratif mulai muncul dan penyakit kronis mulai mewarnai profil kesehatan penduduk. Tahap ketiga adalah saat di mana kematian dan kelahiran rendah, pada tahap ini penyakit degeneratif menjadi dominan dalam profil kesehatan penduduk. Dari uraian tersebut, tampak bahwa gambaran pola penyakit penyebab utama kematian di Indonesia telah menunjukkan adanya transisi epidemiologi yang diikuti dengan transisi demografi, yakni bergesernya penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif). Hal ini tampak pada periode 1986–2001, di mana terjadi penurunan persentase kematian dari kelompok umur muda (bayi dan 1–4 tahun) dan peningkatan persentase kematian pada kelompok umur tua (≥ 55 tahun). Dalam kurun waktu 20 tahun (SKRT 1980–2001), proporsi kematian penyakit infeksi menurun secara signifikan, namun proporsi kematian karena penyakit degeneratif (jantung dan pembuluh darah, neoplasma, endokrin) meningkat 2–3 kali lipat. Penyakit stroke dan hipertensi di sebagian besar rumah sakit cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan selalu menempati urutan teratas. Dalam jangka panjang, prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan akan semakin bertambah.
2.       Perubahan metabolisme tubuh yang ditandai penurunan produksi hormon testosteron untuk laki-laki dan estrogen untuk perempuan biasanya mulai tampak pada usia 65 tahun ke atas. Kedua hormon ini tidak hanya berperan dalam pengaturan seks, tetapi juga dalam proses metabolisme tubuh. Salah satu fungsi dua hormon itu mendistribusikan lemak ke seluruh tubuh. Akibatnya, lemak menumpuk di perut, sehingga pada usia lanjut lingkar pinggang selalu terlihat besar. Batasan lingkar pinggang normal untuk perempuan < 80 cm dan laki-laki < 90 cm. Membesarnya lingkar pinggang yang diikuti dengan kolesterol dan atau gula darah yang tinggi akan mengakibatkan sindroma metabolik, yakni terganggunya metabolisme tubuh akibat pola hidup yang tidak sehat. Dari sinilah mulai terjadi. awal timbulnya penyakit degeneratif. Besarnya lingkar pinggang dapat disebabkan karena lemak jenuh, kolesterol, maupun tingginya kadar gula darah. Lemak dalam tubuh seorang lanjut usia sangat berbahaya. Selain obesitas, gumpalan lemak dapat mempersempit pembuluh darah. Lemak tersebut akan menempel pada dinding pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan terganggunya metabolisme tubuh (misal: penyumbatan pembuluh darah otak mengakibatkan stroke, penyumbatan pembuluh darah jantung mengakibatkan penyakit jantung koroner, dan lain-lain). Pola hidup saat muda sangat memengaruhi terjadinya penyakit degeneratif. Pola hidup terdiri atas dua, yakni makan dan gerak. Pola makan kurang sehat terlihat apabila mengonsumsi lemak, kalori, kolesterol, serta kadar gula makanan dalam jumlah berlebih. Selain pola makan, pola gerak juga memengaruhi munculnya penyakit degeneratif. Banyaknya kemudahan fasilitas membuat aktivitas fisik jauh berkurang. Kondisi ini akan semakin buruk bila tidak diimbangi dengan olahraga (Tjokroprawiro, A).
3.       Pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi (degeneratif) adalah akibat adanya pergeseran pola makan dan pola hidup. Di sini terjadi pergeseran dari pola makan tradisional yang tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak ke pola makan modern yang tinggi lemak, tapi rendah serat dan karbohidrat. Kurangnya mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran membuat tubuh kekurangan serat dan dapat berisiko meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Bila kondisi ini tidak segera diperbaiki dengan pola makan yang benar dan baik, maka dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif (jantung, diabetes, bahkan kanker colon).
4.       Kelebihan gizi yang mengakibatkan tingginya prevalensi penyakit degeneratif sudah dirasakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan. tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup yang justru merangsang tumbuhnya radikal bebas (free radical) yang merusak tubuh kita. Penelitian di bidang gizi ortomolekuler pada tingkat sel membuktikan, antioksidan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas. Ternyata, gangguan atau ketidakmampuan sistem antioksidan tubuh inilah yang menyebabkan berbagai macam penyakit degeneratif. Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil (mempunyai 1 elektron atau lebih tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernapas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, peradangan atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar, dan radiasi matahari atau radiasi kosmis. Karena secara kimia molekulnya tidak lengkap, radikal bebas cenderung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh. Radikal bebas inilah penyebab berbagai keadaan patologis seperti penyakit lever, jantung koroner, katarak, penyakit hati dan dicurigai pula pada proses penuaan dini. Sebenarnya reaksi pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia tubuh normal. Radikal bebas lazimnya hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi yang tak lagi membahayakan tubuh. Namun, bila radikal bebas sempat bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka ini merupakan awal dari kerusakan sel. Salah satu di antaranya adalah kerusakan lipid peroksida. Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh terserang radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antar zat gizi dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemunduran fungsi tubuh).

3. Beberapa Penyakit Degeneratif

1.       Penyakit jantung
Penyakit jantung ada hubungannya dengan ketidakcukupan makanan sehari-hari yang mengandung vitamin E, C, Betakaroten, asam folat, chromium, magnesium, koenzim Q-10.
 Paling sering adalah penyakit jantung koroner (PJK).  Koroner adalah arteri-arteri yang melingkari jantung seperti mahkota (crown/coroner) yang berfungsi menyuplai nutrisi dan oksigen bagi otot jantung. PJK timbul jika 1 atau lebih arteri koroner mengalami penyempitan akibat penumpukan kolesterol dan komponen lain (pembentukan plak) pada dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
 Akibat aliran darah terganggu, maka akan timbul nyeri atau rasa tidak nyaman di dada (angina), terutama selama olahraga dimana otot jantung banyak membutuhkan oksigen. Proses aterosklerosis dapat mulai terbentuk mulai usia anak-anak, sehingga pencegahan PJK harus diperhatikan sejak dini.  Tanda-tanda awal PJK antara lain adalah hipertensi dan kolesterol tinggi.
2.       Artritis
3.       Penyumbatan pembuluh darah
Penyumbatan pembuluh darah dapat dikaitkan dengan homosistein sebagai penyebab penggumpalan darah, karena kekurangan vitamin E, C, B, koenzim Q-10, chromium, asam
folat dan kalsium, yang dapat sebagai penyakit penyakit jantung dan stroke.
4.       Katarak
Yang banyak berperan dalam terjadinya katarak ialah kekurangan vitamin E dan C dalam makanan sehari-hari.
5.       Penurunan kekebalan
Dari berbagai penelitian ternyata kekurangan vitamin C, betakaroten, chromium dan seng (Zn) berkaitan dengan terjadinya menurunnya kekebalan.
6.       Kanker
Berbagai radikal bebas yang masuk dalam tubuh sebagai penyebab kanker, berhubungan erat dengan kecukupan masukan vitamin E, betakaroten, vitamin C, asam folat, kalsium dan selenium untuk terjadinya atau perkembangan kanker dalam tubuh.
7.       Diabetes
 Terjadinya diabetes ada hubungannya dengan diet yang tidak seimbang dari nutrien khromium, magnesium dan vitamin E. Diet tak seimbang dari khromium telah terjadi sejak rata-rata orang berumur 28 tahun (hanya kecukupan 50%), yang akan menyebabkan menderita diabetes pada umur pertengahan.
8.       Kepikunan
Gejala-gejala psikiatris termasuk kehilangan ingatan, depresi dan dimensia yang banyak terjadi pada lanjut usia, ada hubungannya dengan diet tak seimbang dari vitamin E, B 12, asam folat dan koenzim Q-10. Sesuai dengan teori radikal bebas terjadinya penyakit degeneratif karena kerusakan sel-sel setiap hari yang tak dapat diperbaiki oleh antioksidan (nutrien) sebesar 0,01% akan menumpuk dan menjadi penyebab dari akhir kehidupan, berupa penyakit degenerafif. Proses penuaan ini dapat dihambat dengan diet seimbang. Penyakit-penyakit degeneratif ini di Indonesia telah menjadi penyebab utama kematian sejak tahun 1992, penyakit sistem sirkulasi menjadi penyebab kematian No. 1. Pada tahun 1986 penyebab kematian No. l ialah diare(7) kejadian ini mungkin karena terjadinya ketidakseimbangan diet vitamin dan mineral, seperti yang terjadi di luar negeri.
9.       Obesitas
Adalah kelebihan berat badan dari berat badan ideal/normal dengan standar BMI/IMT (Index Massa Tubuh) > 30 kg/m2.
Pencegahan Obesitas:
a.       Gizi : Kurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan gula.
b.      Hindari konsumsi alkohol berlebihan.
c.       Hindari stress/depresi/frustrasi/kebosanan
d.      Berolahraga secara teratur : lakukan latihan aerobik minimal 30 menit perhari, selama 3 kali seminggu ; tingkatkan aktivitas fisik misalnya jalan kaki ke kantor, naik tangga di dalam kantor.S
e.       Stop merokok.
10.    Kolesterol
Dalam tubuh terdapat lemak terdiri dari kolesterol jahat yang biasa disebut LDL (Low Density Lipoprotein) dimana lemak ini dapat menempel pada pembuluh darah. Sedangkan kolesterol baik yang dikenal dengan HDL (High Density Lipoprotein) merupakan lemak yang dapat melarutkan kandungan LDL dalam tubuh. Kolesterol normal dalam tubuh adalah 160-200 mg, maka penumpukan kandungan LDL harus dicegah agar tetap dalam keadaan normal.
11.    Osteoporosis
Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka, agar kepadatan tulang terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi kalsium yang banyak terdapat dalam susu. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk menyerap kalsium semakin berkurang. Maka, sebaiknya Anda membiasakan diri atau anak Anda untuk minum susu setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium pada usia muda.
Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung pada berat badan dan aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsium yang dibutuhkan lebih banyak. Tabel berikut akan menjelaskan jumlah kalsium yang dibutuhkan berdasarkan usia.
Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium. Kalsium tidak hanya terdapat pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup tulang, sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan adalah salah satu sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat dihasilkan tubuh kita, maka penting untuk minum susu dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium.
12.    Stroke
Terjadi saat aliran darah ke otak terganggu atau berkurang secara hebat, sehingga otak tidak mendapat oksigen dan makanan. Stroke terbagi terbagi menjadi dua:
a.       Stroke Iskemik: disebabkan kurangnya aliran darah ke otak karena sumbatan pada pembuluh darah otak. Merupakan jenis stroke yang paling banyak dijumpai (80%).
b.      Stroke Hemoragik : pecahnya pembuluh darah dalam otak, darah yang berkumpul dalam jaringan otak menyebabkan penekanan dan kerusakan sel otak.
Tanda dan Gejala (berlangsung mendadak), berikut adalah tanda dan gejalanya:
a.       Baal, lemah atau lumpuh di wajah, kaki atau tangan, biasanya pada satu sisi badan .
b.      Sulit berbicara atau memahami pembicaraan (afasia).
c.       Penglihatan buram, terganggu atau pandangan ganda
d.      Kehilangan keseimbangan atau koordinasi badan
e.       Sakit kepala hebat, dapat disertai leher kaku, nyeri wajah, nyeri di daerah antara kedua mata, muntah atau gangguan kesadaran
f.       Gangguan daya ingat, orientasi atau persepsi
Pencegahan stroke:
a.       Hindari atau kendalikan faktor risiko di atas.
b.      Diet sehat untuk otak
c.        Banyak makan buah dan sayur, yang banyak mengandung kalium, folat dan antioksidan
d.      Makanan kaya serat misalnya oatmeal atau kacang
e.       Makanan kaya kalsium
f.       Kedelai, seperti tempe, miso, tahu dan susu kedelai
g.      Makanan kaya asam lemak omega-3 misalnya salmon, makerel dan tuna
13.    Hipertensi
Tekanan darah yaitu tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya terdapat dua angka yang akan disebut oleh dokter. Misalnya dokter menyebut 140-90, maka artinya adalah 140/90 mmHg. Angka pertama (140) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung atau pada saat jantung berdenyut atau berdetak, dan disebut tekanan sistolik atau sering disebut tekanan atas. Angka kedua (90) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik atau sering juga disebut tekanan bawah.
14.    Diabetes Mellitus (DM)
Diantara penyakit degeneratif, diabetes mellitus (DM) adalah salah satu di antara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang. WHO menaksir bahwa lebih dari 180 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes melitus. Diperkirakan 1,1 juta orang-orang meninggal akibat diabetes pada tahun 2005.
Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara-negara yang mengalami peningkatan kemakmuran akibat dari peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit diabetes melitus. Hampir separuh kematian diabetes terjadi pada penduduk yang berusia di bawah 70 tahun, 55% diantaranya adalah wanita.
Di Indonesia peningkatan jumlah penderita diabetes melitus bahkan lebih cepat dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. WHO menyimpulkan bahwa di Indonesia, penderita diabetes melitus menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, sedangkan urutan diatasnya India, China dan Amerika Serikat. Beberapa penelitian di Bali, 2005 menunjukkan bahwa insiden DM di masyarakat mencapai lebih dari 13,5% dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius (Depkes.go.id, 2005).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus) yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes melitus tipe-2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes melitus tipe-2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia (Depkes.go.id, 2005).
Diabetes tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, dengan rajin mengontrol kadar gula darah. Kontrol yang ketat ini bisa mencegah terjadinya komplikasi pada pasien diabetes. Penyakit diabetes melitus dapat dihindari apabila setiap individu melakukan tindakan pencegahan, antara lain mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakit diabetes yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya obesitas, merokok, stres, hipertensi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu usia di atas 45 tahun keatas, faktor keturunan, ras, riwayat menderita diabetes gestasional, pernah melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg dan jenis kelamin.

4. Pencegahan
Hal paling penting dalam menurunkan resiko terkenya penyakit degenratif adalah dengan pola/gaya hidup yang sehat. Gaya hidup ini termasuk pola diet yang seimbang dan sikap hidup yang tidak mudah stress. Diet yang banyak mengandung antioksidan akan mengurangi resiko terkena penyakit degenerative (Khalaf et al., 2008). Makanan yang banyak mengandung vitamin A, E, C dan beta karoten. Vitamin A dapat bereaksi dengan radikal bebas melalui struktur ikatan rangkapnya. Vitamin E akan berikat dengan lipoprotein sehingga oksidasi lipoprotein akan terhambat. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya atherosklerosis.Vitamin C merupakan vitamin yang tidak dapat disintesis tubuh. Sehingga intake vitamin C dari luar sangat penting. Sifat vitamin C ini adalah akan berikatan dnegan lipoprotein yang akan mengghambat oksidasi lipoprotein oleh radikal bebas. Hal ini akan mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif.
1.       Antioksidan
Bila radikal bebas adalah elemen perusak sel-sel tubuhm aka secara kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak tadi. Antioksidan-antioksidan melakukan ini dengan menghentikan pembentukannya, memadamkannya, dan memperbaiki kerusakan. Misalnya, lebih dari 1triliun molekul oksigen masuk ke setiap sel setiap harinya,csambil menimbulkan kurang lebih seratus ribu cidera atau hantaman radikal bebas terhadap gen atau DNA sel (Bruce Ames, University of California di Berkeley)(1). Untungnya enzim-enzim antioksidan tubuh, segera memperbaiki gen-gen itu, sambil menghapuskan 99-99,9% kerusakan tersebut. Keburukannya ialah bahwa hal tersebut masih menyisakan seribu luka baru setiap hari yang belum diperbaiki, dan kerusakan ini terus menerus menumpuk. Kumpulan kerusakan sel akibat perbaikan yang tidak sempurna inilah yang menjadi penyebab proses menua, jatuh sakit dan meninggal. Pemberian antioksidan yang tepat dan cukup, dapat menyempurnakan perbaikan sel-sel tersebut sehingga proses penuaan dihambat. Jenis antioksidan yang diperlukan itu dapat berupa vitamin, mineral dan lain sebagainya.
2.       Vitamin B
Dr. Robert Russell dari Tufts University(1), Dr. John Linderboun dari Columbia Presbyterian Medical Center, menyatakan kekurangan vitamin B12 menyebabkan perkembangan amat lambat, sering mempengaruhi seluruh otak serta system saraf dan bukan bagian lain. Asam folat yang terdapat pada sayuran hijau dan tanaman polong-polongan disebut juga dolasin, sangat berperan dalam proses anti tua, mencegah kemerosotan fungsi mental dan menghentikan kanker, yang lebih penting lagi dapat menyelamatkan kerusakan arteri yang memicu serangan jantung dan stroke. Vitamin B tersebut di atas terutama asam folat, merangsang enzim-enzim untuk metabolisme homosistein yang mencegah penyumbatan arteri. Menurut penelitian Tuft University (1995) pada 1041 pria dan wanita berumur 67-96 tahun, orang yang mempunyai kadar homosistein tinggi memiliki risiko penyempitan arteri karotis, 2x lebih tinggi dari yang rendah. Di antara ketiga vitamin B, asam folat memiliki pengaruh paling tinggi, diikuti B6 dan B 12.
3.       Vitamin E
Perean vitamin E dalam proses penuaan adalah melawan aterosklerosis.  terosklerosis terjadi, sebagian besar karena kolesterol LDL. Jika oksidasi LDL tak terjadi, kolesterol LDL melekat di dinding arteri, sebagai langkah awal terbentuknya plak dan penyumbatan arteri. Suatu penelitian oleh Ishwaral Jialal dari University of Texas South - Western medical center di Dallas, menemukan bahwa 800 IU vitamin E setiap hari selama tiga bulan, telah memangkas oksidasi kolesterol LDL, dengan demikian mencegah timbulnya kerusakan arteri dan timbulnya penyakit jantung sebesar 40%. Setidaknya diperlukan 400 IU vitamin E per hari.
4.       Vitamin C
a.       Melawan Kanker
Vitamin C merupakan salah satu bentuk vaksinasi melawan kanker, terutama kanker-kanker lambung, esofagus, pankreas, rongga mulut dan kemungkinan mulut rahim, rectum dan payudara. Makan buah-buahan dan sayur-sayuran lima porsi sehari yang mengandung 200-300 mg vitamin C, cukup untuk menghambat kanker. Tetapi untuk melawan kanker Dr. Block menelan 2000-3000 mg vitamin C setiap hari
b.      Menyelamatkan arteri
Mengkonsumsi vitamin C dalam jumlah sedang, dapat mendorong naiknya kolesterol HDL yang penghambat penyumbatan arteri, mengurangi LDL, menurunkan tekanan darah, memperkuat dinding-dinding pembuluh darah, membuat darah lebih encer. Orang yang mendapatkan vitamin C kurang dari yang terdapat pada sebuah jeruk setiap hari, rata-rata tekanan darah sistoliknya 11 mm/Hg lebih tinggi; selain itu vitamin C menyebabkan arteri-arteri tetap muda, bersih dan lentur
c.       Meningkatkan kekebalan
Vitamin C setiap hari akan meningkatkan produksi limfosit dan vitamin C 10000 mg sehari akan meningkatkan limfosit itu lebih lanjut. Vitamin C bekerja seperti antibiotika yang memerangi virus-virus. Lebih lanjut vitamin C meningkatkan kekebalan dengan meningkatkan kadar antioksidan glutation di dalam tubuh, zat yang penting agar sistem kekebalan bekerja sebagaimana mestinya. Lima ratus mg vitamin C setiap hari akan menaikkan glutation dalam sel-sel darah merah sebesar 50%, namun menelan vitamin C hanya sepertiga dari RDA selama 9 minggu akan menyebabkan kadar glutation merosot 50%.
d.      Memperlambat proses penuaan
Vitamin C meremajakan sel darah putih secara kimiawi pada manusia usia lanjut; 120 mg vitamin C setiap hari, mampu menaikkan kadar sel-sel darah putih pada manusia rata-rata umur 76 tahun setara dengan kadar rata-rata 35 tahun, dalam waktu 2 minggu.
e.      Memperbaiki sperma dan mengembalikan kesuburan
Dalam suatu pengujian di University of California di Berkeley, ditemukan kerusakan akibat radikal bebas terhadap bahan genetik DNA berlangsung 2x lipat pada sel-sel sperma kaum pria yang dibatasi jatah vitamin C nya hanya 5 mg sehari (setara satu sendok teh air jeruk). Ketika kaum pria itu kembali ke diet harian dengan 60 mg atau 250 mg vitamin C, kerusakan spermanya menurun dalam waktu 1 bulan.
f.        Mencegah penyakit astma dan bronchitis kronis
Orang yang makan makanan dengan kandungan vitamin C 300 mg sehari, kemungkinan menderita asma atau bronchitis kronis hanya 70% dibandingkan dengan mereka yang memakan kurang lebih 100 mg (Dr. Joel Schartz, US. Environmental Protection Agency). Selanjutnya vitamin C menolong mencegah leukosit, sel-sel darah merah, agar tidak menumpuk ke dinding-dinding pembuluh darah.
g.       Melawan penyakit gusi
Penyakit periodontal - gusi berdarah, sariawan, lebih umum pada orang-orang yang kadar vitamin C dalam darahnya rendah (Penelitian di Finlandia).
h.      Mencegah katarak
Menurut penelitian di Kanada, korban katarak hanya 30% bagi mereka yang telah menelan tambahan vitamin C, dibandingkan dengan mereka yang tidak menelan tambahan vitamin C

5.       Beta Karoten
a.       Merangsang kekebalan
Dalam Dalam suatu penelitian terhadap 60 pria dan wanita usia lanjut (rata-rata umur 56 tahun), mereka yang menelan beta karoten 30-60 mg/hari selama 2 bulan memiliki sel-sel pembunuh alami lebih banyak, sel-sel T penolong lebih banyak serta limfosit yang lebih aktif. Sel-sel kekebalan semacam itu menolong, melindungi tubuh terhadap kanker serta infeksi virus dan bakteri (Ronal R Watson, University of Arizona). Dr. Simin Meydani dari Tufts University, menemukan bahwa sel-sel pembunuh alami itu, penting terutama untuk melawan kanker. Kajian di Johns Hopkins University menemukan orang-orang yang kadar beta karotennya rendah resikonya 4x lebih besar untuk menderita salah satu jenis kanker yang mematikan akibat merokok.
b.      Mencegah serangan jantung
Studi Harvand University pada 90000 perawat wanita yang menelan beta karoten lebih dari 11000 IU setiap hari, menurunkan risiko penyakit jantung 22%, dibandingkan mereka yang menelan 3800 IU setiap harinya. Pemakan beta karoten yang besar tersebut kejadian stroknya menurun 37%. Dari penelitian skala besar di Eropa menunjukkan bahwa menelan beta karoten dalam jumlah amat kecil berisiko serangan jantung sebesar 260% jika dibandingkan yang makan beta karoten paling banyak.
6.       Khromium (Cr)
Peran khromium dalam menghambat proses penuaan ialah pengaruhnya terhadap hormon insulin di dalam darah. Kekurangan Khromium melemahnya daya kerja insulin sehingga berisiko meningkatkan kadar gula darah. Setiap orang membutuhkan sekurang-kurangnya 200 mikrogram per hari.
7.       Selenium (Se)
Merupakan zat kemopreventif yang ampuh (Donald C Lisk, Cornell University) : selenium menghambat berbagai jenis tumor hingga 100%. Penelitian Will Taylor dari University of Georgia terhadap penderita AIDS, menyatakan selenium dapat menolong melawan virus dan memperpanjang masa hidup penderita AIDS. Lebih lanjut selenium merupakan antioksidan yang penting bagi pembentukan : peroksidase glutation, salah satu enzim sangat penting dalam tubuh yang menetralisir radikal-radikal bebas, terutama yang menyerang molekul-molekul lemak(1,3). Penelitian di RRC menunjukkan, penyakit jantung (kardiomiopati) endemis dapat diturunkan angka kesakitannya secara dramatis dengan Na2SeO3 (Luo K, 1976)(3). Kadar selenium darah dibawah 45mg/l, meningkatkan risiko relatif terkena kanker 3,1 kali, setelah variasi konsumsi tembakau, serum kolesterol dan 4 faktor lain diperhitungkan (Salonen et al, 1984)
8.       Kalsium (Ca)
Penelitian Harvard tahun 1993 pada 3270 wanita sehat (di atas 80 tahun, menyatakan pemberian kalsium 1200 miligram setiap hari ditambah 800 IU vitamin D-3 (Kolekalsiferol) selama 18 bulan, dapat menurunkan kejadian patah tulang panggul sebesar 43%, patah tulang pergelangan lengan dan pelvis 32%, lebih rendah dari pada wanita yang tak mendapatkan tambahan mineral tersebut. Hal ini berarti kalsium dapat memperpanjang umur, sebab 20% dari wanita tanpa tambahan meninggal karena patah tulang(Tablet-tablet kalsium dapat menurunkan tekanan darah tinggi rata-rata 5-7 mm/Hg (sistolik) dan 3-4 mm/Hg (diastolik) terutama untuk usia lanjut. (David A. Mc. Carson, Md, Gregon Health Sciences University). Penelitian Margo A Denke, University of Texas South Western Medical Center, menyatakan peningkatan masukan kalsium dari 410 mg/hari menjadi 2200 mg/hari, dapat menurunkan kolesterol LDL sebesar 11%.
9.       Zinc (Zn)
Peranan Zinc dalam proses penuaan berkaitan dengan enzim-enzim yang tergantung Zn. Zn berperan dalam sintesis protein baru, menjaga batas nitrogen tubuh, regulasi ekspresi genetik(3). Enzim-enzim yang dipengaruhi oleh kecukupan Zn, antara lain DNA, RNA polimerase yang tersangkut dalam sintesa asam nukleat dan protein, alkohol dehydrogenase dalam metabolisme alkohol dan pigmen penglihatan, carbonic anhydrase dalam keseimbangan asam-basa dan pernapasan, delta aminolevulinic acid dehydratase dalam sintesis porfirin, superoksida dismutase dalam menetralisasi superoksida yang dapat merusak jaringan, alkali fosfatase yang membebaskan gugus fosfat (Prasad AS/ 1967, Halsted JA, et. al/1974). Peran Zn tidak hanya enzimatis, tetapi juga secara nonenzimatis (Chow CK, 1979)(3), misal produksi lipid dalam fraksi mikrosom hepar dapat dihambat dengan memberikan dosis tinggi Zn (Chvapil M. Aronson AL, et.al./1974)(3). Peran lain Zn dalam produksi dan sekresi hormon-hormon trofik hipofise (Prasad AS, 1967). Dr. Nicola dari Italian National Centre on Aging di Ancona, menyatakan bahwa Zinc menyebabkan kelenjar timus aktif lagi. Dengan demikian memperoleh kembali sistem kekebalan yang dimiliki pada waktu umur 40 tahun
10.   Magnesium (Mg)
Peran penting Mg adalah pada reaksi-reaksi yang menyangkut transfer gugus fosfat (WHO/1973, Wecker WEC/ 1958, Mudge GF/1980)(3), yang menyangkut ATP maupun nukleotida lainnya (Wecker WEC, Mudge)(3), mengatur pelepasan asetilkolin dan potensial end-plate (berantagonis dengan kalsium), mengurangi pemasukan kalsium oleh otot skelet dan mungkin juga otot polos arteri (Altura BT, Altura M, 1983)(3), stabilisasi struktur makromolekul seperti DNA, RNA (Barlow R/1982, WHO/1973) replikasi DNA dan pembentukan molekul-molekul komplek untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan, hormon dan protein (Mervyn L 1980)(3), dan masih banyak peran Mg yang lain yang berkaitan dengan ribosom, partikel mitra sel, Ca, antitrombosis, enzim.
11.   Vitamin Q (Koenzim Q)
Vitamin Q atau Koenzim Q-10 atau Ubiquinol-10, terkenal sebagai salah satu antioksidan baru untuk menunda proses penuaan dan mencegah atau mengobati penyakit-penyakit yang berkaitan dengan usia lanjut yaitu penyakit jantung. Vitamin Q adalah enzim, merupakan bahan alami yang dihasilkan oleh tubuh, zat ini ditemukan pula pada makanan tertentu, terutama makanan laut dan sekarang sudah dibuat secara sintetis menjadi suatu zat makanan tambahan untuk kesehatan. Menurut Balz Frei dari Boston University, koenzim Q-10 mencegah oksidasi kolesterol LDL secara lebih efisien dari pada vitamin E atau betakaroten, tetapi koenzim Q-10 itu habis dengan cepat selama proses oksidasi.

Sumber:
Doll,R. 1995, Chronic and degenerative disease: major causes of morbidity and death,1995, , Am J Cli. Nutr ;62(suppl):1301S-5S.

Khalaf, N.A.,. Shakiya, A., , AL-Othman, EL-Agbar, Z., , Farah, H., 2008, Antioxidant Activity of Some Common Plants, Turk J Biol 32 (2008) 51-55

Reamcle, C & Reusens, B ., 2004, Functional food, aging, and degenerative disease, www. Woodhead-publishing. Com

Valko, M., Leibfritz,D., Moncol,J., Cronin,Mtd, Mazur,M., &Telser, J., 2007, Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and human disease, The International Journal of Biochemistry & Cell Biology 39 , 44–84

Sutrisna. Penyakit Degeneratif. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013.